Jumat, 14 September 2012

FanFiction "Bloody rose" first night : 'a terrible night'


Title                 : Bloody Rose
Categories       : FanFiction
Genre              : Horror, Romance,Agnst, Family
Rating              : Teenagers
Author             : Yuki Akanishi
Theme song    : Boku wa vampire – Hey! Say! JUMP
Disclaimer       : cerita ini terinspirsi dari beberapa cerita yang sudah ada. Dan selama 2 tahun pengerjaan akhirnya berani mengeluarkannya juga haha


Cast                 :
  - Nishiuchi Mariya as Yoshira Sachika (chika)
  - Sato Shori as Yoshira Shima
  - Akanishi Jin as Yoshira Takeda
  - Yokoyama Yu as Yoshira Ryouta
  - Nakajima Kento as Narashika Ryu
  - Fujigaya Taisuke as Kazuya Iruka


White vampire

- Yamada Ryosuke as Mizukawa rei
- Yaotome Hikaru as Yakushi Rino
- Okamoto Keito as Kazeni Hayato
- Nakayama Yuma as Akiyama Ken
- Shida Mirai as Haruno Yuuki
- kawashima Umika as Shizune Aiko
- Manami Oka as Kakozu Yujin
- Kyomoto Taiga as Taki Tama
- Matsumura Hokuto as Mohisa Hokku
- Sato Shori as Yoshira Shima
Black vampire

- Matsumoto Jun as Rein Sabakuno
- Kutsuna Shiori as Haruma Sharena
- Shimazaki Haruka as Sakurano Seiya
- Morimoto Shintaro as Keitsuke yuuka
- Kamenashi Kazuya as Jack Hikigame
- Kikuchi Fuma as Kikuchi Kaiya
- Takaki Yuya as Kenichi Hiro
- Chinen Yuri as Takajima Kiya


Preliminary :
 “andai aku bisa memilih aku ingin orang-orang yang ku sayang selalu ada di dekapku… andai aku lebih kuat… aku ingin melindungi mereka hingga tetes darahku yang terakhir…” terbesit keinginan kecil dari seorang gadis remaja berusia 16th  bernama chika. Kehidupannya perlahan berubah dikala satu persatu keluarganya menghilang. Saat itu serangan vampire sedang gencar meraja rela dikota kelahiran chika.
Hal itu membuat trauma dan beban yang cukup dalam mengguncang hidupnya. Dan kenyataan pahit yang harus ia terima, keluarga yang paling ia sayangi menjadi sosok yang tak ingin ia temui seumur hidupnya….
“ aroma darah mu begitu menggoda…” kata itubagai sebuah kutukan untuk chika. Dirinya terus  di hantui serangan vampire yang ingin mengisap darahnya. Walau ia selalu di ambang kematian, namun ia selalu diselamatkan oleh sosok vampire yang justru sangat membutuhkan darahnya ; kazuya iruka...
Dan sebagai balas budi pada kazuya—bagi chika, saat masuk SMA—di sekolah yang didirikan kazuya—harus menerima sebuah pekerjaan yang membuat ia berperang melawan batinnya.
Antara hidup dan mati… dan kata-kata yang baginya kutukan, terus membelenggu… hingga perang besar diantara vampire pun terjadi  yang ikut bergelut mengancam hidupnya... Untuk mencapai siapa yang terkuat dan paling abadi…


 A terrible night
            Malam tampak pucat tak berbintang. Hampir keseluruhan langit dihiasi oleh gumpalan awan hitam—yang terus merangkak terbawa angin. Terlihat bulan begitu  tegar menerangi malam sendirian. Walau sosoknya sering hilang sesaat—tertelan oleh awan yang melintas— namun ia tetap berusaha untuk hadir menerangi pekatnya malam ini.
            Seorang gadis kecil berusia 7th tertegun, memandang langit yang terlihat dari jendela rumahnya. Ia mengintip pada sela-sela dibalik pintu lemari. Dengan tangan yang gemetar, ia memeluk adik laki-lakinya.
Terlihat sepintas sosok ibunya—memakai baju berenda dan rok berwarna putih, dengan rambut lurusnya yang kecoklatan di ikat setengah—yang siaga memegang tongkat dari kayu di sudut rumah, sambil memindik-mindik seolah mengincar sesuatu.
Gadis itu beralih kepada adiknya. Dan mereka saling menatap heran.
       Tersentak keduannya menoleh saat mendengar suara jeritan ibunya. Kakak beradik itu pun reflek keluar dari tempat persembunyian mereka—didalam lemari tua yang kosong diruang tamu.
Mereka melihat ibunya yang tergeletak bersimbah darah dilantai. “okāsan (ibu)!!” teriak mereka yang berlari menghampiri ibunya. Namun langkah mereka terhenti melihat sosok pria berjubah hitam, berdiri memandang dengan tatapan bengis kearah mereka. Tampak taringnya yang begitu tajam, seolah siap menyobek daging kita.
       Adiknya yang langsung menebak situasi buruk ini, menarik tangan sang kakak yang masih tercengang memandang sosok pria itu. Mereka berlari ke hutan belantara yang sangat gelap dan menakutkan—dengan tebingan terjal di sisi mereka yang siap melahap bila terjatuh.
      Namun tak ada pemikiran apapun yang terlintas dari kedua anak kecil ini. Yang mereka inginkan hanya menghindar terus berlari tanpa tujuan—hingga sosok pria menakutkan itu tak menemukan mereka.
      Usia mereka hanya berbanding satu tahun. Karena kondisi fiksik kakanya yang lemah dan sering jatuh sakit, hingga pertumbuhan adiknya jauh lebih pesat dibandingkan kakaknya—dari segi tubuh yang terlihat lebih tinggi dan segar.
     Si adik yang terus berlari, tak sadar akan kakaknya yang tersungkur jauh dibelakang. “nēchan (kakak)!!” Dengan secepat mungkin ia menghampiri kakaknya. Ia menarik tangan sang kakak berusaha untuk membangunkannya.
 “chotto matte (sebentar) !!”
“hayaku nēchan, hayaku (ayo kak, cepat)!!” adiknya tak henti menarik-narik tangan si kakak
“itai… kowai yo !! (sakit sekali… aku takut)” eluh kakanya dengan isak tangis. Wajahnya pun pucat dan begitu ketakutan.
     Kepanikan adiknya semakin memuncak saat pria itu sudah ada dihadapan mereka. Seketika angin berhembus kencang hingga menggoyangkan tangkai-tangkai pohon besar yang ada disekitar mereka. Bulan yang tampak penuh bersinar terang bendarang tepat diatas mereka, seolah seperti spotlight dalam theater yang menyorot langsung kejadiaan ini
”doko ikitai?? (mau pergi kemana?)” ujar pria itu menyunggingkan senyum—menampakan jelas kedua taring yang ia miliki. Si  adik langsung berdiri bagai perisai melindungi kakaknya.
“Obake (iblis)!! Jama o shiraide kudasai (tolong jangan ganggu kami)…” teriak adiknya dengan nada tak beraturan—napasnya terengah karna ketakutan.
Pria itu tertawa. Suaranya begitu menggema ditengah hutan. Sinar rembulan memantulkan warna  matanya merah menyala seperti hewan buas pada kegelapan. “ aroma darahmu begitu menggoda…” ujarnya dengan tatapan animo, memandang gadis kecil yang tersungkur ditanah. Ia bergerak selangkah menghampiri, tanganya menjulur kedepan ingin menyentuh gadis itu.
“dame (jangan)…” teriak adiknya lantang seraya mendorong tubuh kakaknya hingga terjelembab ketebingan tanah yang cukup terjal itu.
Sang kakak tak bisa melakukan apapun. Tubunya yang lemah terus bergelinding mengikuti terjalnya tebingan—hingga terpelosok begitu jauh. Ia tersangkut pada batang pohon yang mnjulang di tebingan itu. Rasa sakit hampir tak bisa Ia rasakan. Ia hampir hilang kesadaran. Samar tedengar suara adiknya yang menjerit dan menggil dirinya. “nēchan !!!!”
Matanya perlahan terpejam terbawa hilangnya kesadaran gadis kecil itu. Mulutnya mengguman, berbisik dengan nada yang begitu lemah. Dan sejurus lalu menghilang terbawa angin malam di hutan yang gelap.
“shima…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar