Rabu, 03 Oktober 2012

FanFiction 'Murderer Of Love' "愛の殺人者" (Ai no satsujin-sha) japan ver.


Title : Murderer Of Love (japan version)
Authour : Yuki Akanishi
Type : OneShoot
Rating : Teenager
Genre : Slice of life, Agnst, Crime, deatfic, Romance.
Theme song : akanishi jin - eternal
Cast : * Kairin 18th  (Kai)
           * Yamada Ryosuke 24th (Ryo)
           * Takaki Yuya 26th (Yuya)                                                              
           * Jessie Lewis 23th (Jack)
           * Chinen Yuri 22th (Yu)
           * Nakajima Yuto 23th ( Yuto)
Disclamer : cerita ini hanya mengada-ada >
Note : ini yang versi jepang (castnya dari jepang) ceritanya gak beda jauh sama yang versi korea.
**

  Siang ini aku janjian bertemu dengan kekasihku di taman. Entah apa yang ingin dibicarakan, dari kata-katanya di telfon seolah-olah mengharapkan aku untuk datang. Ia melambai tangan sambil tersenyum saat aku menghampirinya. Ia pun langsung memeluk ku erat.

  “kamu udah lama nunggu??”
  “iie, daijoubu (gak kok)!” ujarnya menggariskan senyuman terfavoritku.

  Suasana taman begitu sunyi, sesekali angin berhembus membuat aku merinding. Kami duduk dibangku panjang berwarna putih. Dibawah pohon rindang yang meneduhi bangku itu. Bisa dikatakan, ini sudah tempat klop kami untuk bertemu.
  Tak banyak kata yang terlontar. Aku hanya memandang keseluruhan taman dengan daun yang berterbangan. Ia memberiku bungkusan persegi seperti bingkai dengan sampul coklat.

  “kore wa nani (apa ini)?”
  “buka aja !” perlahan aku membuka kertas coklat yang menyampuli bingkai itu. Lukisan ??

  Aku memandang penuh pada lukisan itu sambil menerawang siapa gadis didalam lukisaan ini.

  “Dare (siapa ini), Yu…??” Tanyaku seolah heran.
  “Nani o omou? (coba tebak)??” kata-katanya sedikit meringis.
  “watashi (masa aku)? muri !! watashi wa kireide wanai !! (mana mungkin!! Aku tidak secantik ini)!!??”aku langsung mengubrisnya.
  “Hai, sore wa kimi arimasen (memang bukan kamu)!! Kore wa Kai, boku no kanojo (itu Kai, pacar aku). Yang gak pernah sadar kalau dirinya tuh sebenernya cantik!!” aku langung tersenyum mendengar kata-katanya. Ia memang selalu bisa merebut hatiku.
  “arigatou (terimakasih) Yu” senyumku merona kearahnya. “oh iya aku mau ke bank paman dan bibi sudah mingirim uang bulanan aku. Sebagian sudah buat bayaran sekolah. Dan sisanya mau aku simpan di bank”
  “oh ya sudah biar aku antar …”

  Saat kami ingin beranjak, tiba-tiba saja Yu menerima telfon dari bosnya menurut sependengaranku sepertinya Ia harus kembali ke gallery. Sekidit kecewa memang, namun aku tak ingin menunjukan kekecewaanku di depannya. Karena aku tak ingin menuntut Dia hanya untuk ke egoisanku.


  “ Gomen…(maaf ya)”
  “daijoubu (gak apa-apa kok), aku bisa sendiri,” ujarku berusaha tegar.
  “kamu hati-hati ya… lukisannya biar aku bawa lagi nanti malam ke rumah kamu…”
  “emm..” Aku tersenyum, dan kami pun berpencar.

  Aku pergi ke bank yang tak jauh dari taman. Antrian panjang sudah menghiasi dibarisan kasir. Perlahan demi perlahan aku mengikuti antrian itu. Namu sial, karna dinginnya udara diluar membuatku tak tahan ingin ke toilet. Alhasil aku harus meniggalkan antrian panjang yang sudah cukup lama aku ikuti.

  Aku bercermin merapihkan rambutku. Tiba-tiba saja aku mendengar suara yang membuatku amat terkejut. Suara itu berasal dari luar. Suara seperti ledakkan sebuah senjata api.
  Dengan rasa takut bercampur penasaran, aku memindik keluar dari toilet. Tersentak tubuhku mematung saat sebuah pistol membidik ke kepalaku.

  “ayo ikut” seorang pria bertubuh kekar itu menyeretku. Seluruh badanku gemetar, tubuhku benar-benar lemas saat orang itu menarikku begitu kasar. Entah dari mana peluru itu berasal yang hapir saja membunuhku dan pria itu. Namum dengan sigap Ia menundukan tubuhku

  “ini aku … !!” triaknya memberi signal.

   Aku pun dibawa ketempat orang-orang yang mereka tawan. Aku dilempar bagai sampah ke lantai, telapak tanganku terkena pecahan-pecahan beling hingga sobek. Aku hanya bisa memejamkan mata menahan rasa sakit yang luar biasa ini. Tak sedikit orang yang luka, bahkan ada yang mereka tembak mati karna ingin melawan.

  “Kai ??!!” aku mendengar suara seseorang berbisik memanggilku, suara yang tidak asing bagiku.
  “Jack nīchan (kak Jack)??!!” ujarku saat aku memelihat sosok orang tersebut.Perasaanku bercampur aduk. Bingung, terkejut, takut, dan marah berkumpul dihatiku. Akupun bangkit menghapiri onīchan(kakak). Mataku berkaca-kaca saat mendorong tubuh tingginya.

  “doushitte (kenapa)? Nande onīchan (kenapa kak)??” teriakku membentaknya, suaraku terdengar begitu memekik hingga banyak yang menatap ke arahku. Ia menarik kerah bajuku dan melihat dengan tatapan bengis.
  “bukan urusan kamu!!” untuk kedua kalinya aku dilempar ke lantai. Ia melayangkan pelurunya ke sebuah sofa yang tak jauh dari tempat aku terjatuh. Aku tahu itu adalah peringatan untukku agar tak banyak bicara.

  Isak Tangisanku semakin meledak. Tak sedikit orang yang memandang iba ke arahku. Perlahan seorang dari mereka menghampiriku, pria yang menodongku tadi di toilet

  “setiap orang bisa berubah menjadi orang yang tidak di inginkan sekalipun…”ujarnya, yang jelas membuatku terdiam heran
“Ryo, hayaku (ayo cepat) hal yang menggangu akan datang sebentar lagi!!” . Mereka pun berhasil membawa pergi uang-uang itu. Sungguh professional. Gerak gerik mereka sangat cepat.

  Walau mereka hanya bertiga, namun kecepatan menembak mereka tak ada hitungan detik.Tak ada satu orang pun yang bisa berkutik didalam ruangan itu.
  Tak lama kemudian polisi datang bagai pahlawan kesiangan. Kalau bisa di bilang terlambat, mereka sangat-sangat terlambat. Aku benar-benar seperti orang gila yang hilang ingatan. Di kantor polisipun aku tak bisa melontarkan kata.
  Sampai Yu menjemput dan membawaku pulang. Matanya berkaca-kaca memandangku. Wajahnya benar-benar menunjukan rasa bersalah.

  “maaf, kalau aku mengantarmu mungkin takkan seperti ini.” Sesalnya, yang justru membuatku merasa bersalah akan sikapku.
  “sudah berapa lama Ia tak pulang?” Ujarnya sambil membaluti luka ditelapak tanganku dengan perban.
  “entahlah, yang jelas sebelum Ia pergi, Ia sempat bertengkar dengan tōchan (ayah). Sampai tōchan dan kāchan meninggalpun Ia tak pulang.” Kata-kataku berhenti sambil menerawang terus sosok kakakku. Kejadian siang tadi membuatku hampir gila.
  “ sudahlah, tak usah dipikirkan lagi. Sekarang kamu istirahat biar aku temenin kamu di rumah malam ini… kamu harus tenang, aku akan selalu di samping kamu.” Yu memeluku.
Aku bersyukur, disisi hidupku yang kelam aku memiliki sosok orang yang benar-benar menyayangiku. Aku beruntung memilikinya.

**

  Di sekolah pagi ini aktivitas berlangsung seperti biasa. Murid-murid di dalam kelas focus memperhatikan guru yang mengajar. Dan ada beberapa murid yang terlihat di lapangan sedang bermain voly.

  Aku memcoba menenangkan posisiku di bangku. Pikiran ku benar-benar kalut. Kerap kali badanku gemetar bila teringat kejadian kemarin. Aku menelfon Yu untuk memintakan izin pulang kepada guru disekolah. Untunglah mereka memberikan izin. karena mereka tahu aku menjadi salah satu korban perampokkan kemarin, yang sekarang menjadi trending topic di kota ini.

  Yu menjemputku, dia mengajakku ke taman untuk menenangkan rasa kecamuk yang bergelut dihatiku. Namun aku tak henti membungkam. Mataku terus memandang tak tentu arah, batin ku benar-benar tertekan.
Desingan-desingan peluru itu selalu membayang di telingaku. Yu meraih tanganku saat Ia melihat aku meneteskan air mata.

  “ kai, yamete kudasai (kai, aku mohon sudahlah)… nanti kamu sakit…” keluhnya atas sikapku. Aku tahu ini membuatnya jenuh, tapi aku tak bisa membuka mulutku walau sekedar menghela nafas.
  “aku beli minum dulu ya…” perlahan Ia berjalan meninggalkan aku. Gomenasai Yu ( Yu maafkan aku). Hati ku berbisik.

  Angin berhembus seolah menghiburku.Daun-daun berguguran dari pohon rindang di belakang bangkuku.
Aku memejamkan mata mencoba mempositifkan pikiran. Tanpa sadar seseorang sedang mengintaiku dari dalam mobilnya.
  “nih minum dulu!!” Yu kembali mambawa minuman kaleng dan langsung duduk di sampingku. Ia membelai lembut rambutku yang panjang.
  “Yu gomen (maafin aku), aku udah ngerepotin kamu…” Dia tersenyum memandangku.
  “Daijoubu desu ka? (kamu ga apa-apa kan)?” aku sedikit bingung dengan kata-kata itu dan langsung memandangnya. “aku hanya coba buat kamu lebih tenang karna aku gak mau orang aku sayang terluka sedikitpun… aku gak pernah ngerasa kamu ngerepotin aku, aku pengen kamu selalu nyaman di samping aku saat sedih maupun senang..” aku menyimpulkan senyum di bibirku.

  Dengan hangat ia mencium keningku. Namun tak terduga, kami berdua dikejutkan sebilah pisau yang melayang dan melukai daguku. Pisau itu berasal dari mobil yang cukup lama mengintaiku. Dengan cepat mobil itu menghilang tanpa bekas.

  Yu lansung menutupi lukaku dengan saputangannya. Rasa takutku semakin menjadi, aku peluk erat tubuh Yu. Ia pun membawaku pulang.

  “aku yakin, pasti ini ada hubunganya dengan perampokan kakakku …”
  “sssstttttssss udah, kamu postif thinking aja. Gak usah mikirin itu lagi..”
aku tak memperdulikan kata-katanya pikiranku benar-benar mengambang dan terhanyut kalut.

  “ Yu, onegai (aku mohon) hottoite (tinggalkan aku sendiri). Ima wa hottoite (biarkan aku sendiri sekarang)!” jelas dia takkan setuju dengan kata-kataku, namun emosiku semakin melonjak dan bahkan sampai mengusirnya begitu kasar.

  Dengan berat hati Ia meninggalkan ku sendiri di rumah. Rasa khawatir terukir jelas di wajahnya. Entah mengapa aku malah membuang muka tanpa memandang kepergiannya.
  Aku putuskan untuk kekamar dan memcoba tidut lebih awal. Beberapa kali Yu berusaha menghubungiku. Namun aku enggan menerima telfonnya. Ia pun mengirim message padaku.

 Kai aku mohon kamu tenang… jangan memikirkan apa-apa aku sayang kamu…

jahat, sikap ku terlewat jahat padanya.Tuhan maafkan aku.

**

  Aku terbangun dari henyak tidurku. Waktu menunjukkan pukul 11 mlam. Leherku terasa panas sehabis menangis tadi. Perlahan aku keluar kamar untuk minum segelas air menghilangkan dahaga. Tersentak aku melonjak saat mendengar suara handphone ku yang berdering .
  Mamahnya Yu ?? “ hallo tante… ada apa….??” Aku langsung terdiam.Tubuh ku kaku bagai tersambar petir saat mendengar berita yang menghilangkan separuh kesadaran ku.
  “Yu meninggal karena tabrak lari saat pulang dari rumah kamu tadi siang…  Ia sudah di kuburkan dirumah neneknya diluar kota….” Ujar mamah Yu dengan suara yang gemtar. Terdengar jelas Ia pun tak kuasa menahan air mata menyampaikan berita itu.
  Ia menoba menghubungiku dari siang namun aku benar-benar tertidur pulas sampai tak mendengar suara telfon. Aku tersungkur lemas di lantai. Dia pergi terlalu jauh, sampai aku benar-benar tak bisa melihatnya lagi bahkan untuk yang terakhir kali…

  4 hari setelah meninggalnya orang yang satu-satunya ku miliki. Aku merasa bagai bertahun-tahun lamanya. Hari-hari ku kembali sepi seperti 3 th yang lalu di mana kedua orang tua ku meninggal dibunuh.
  Disini tempat pertama kali aku bertemu.Di lapangan basket dekat sekolahku. Aku melamun di bangku pinggir lapangan basket, tiba-tiba Ia datang memberikan selembar kertas yang tergambar jelas diriku melamun. Entah sejak kapan dan dari mana Ia mucul. Ia seprti malaikat yang menghibur hari-hariku.
  Aku tersenyum-senyum mengingat sosoknya.Namun rasa sedihku tak luput dan semakin membayang. Aku berharap dilapangan basket ini, sambil memejamkan mataku dan berdoa agar dia kembali untukku.

  “kai!!” aku tersentak dan langsung membuka mataku. “kamu ngapain sendirian di sini??”
  Yuto nīchan?? entah angin apa yang membawa dia kesini, sudah bertahun-tahun kami tak berjumpa. Dia sahabat Jack kakakku saat SMA dulu. Namun setelah lulus Ia pindah ke Amerika. Tak meninggalkan kabar sedikitpun.
  “Yuto nī, genki desu ka(kak Yuto, apa kabar)??” tanyaku amat terkejut melihatnya. Ia duduk disampingku kami pun lansung berbicang-bincang mengingat masa lalu. Perasaanku sedikit lepas dengannya. Karna dari dulu kami memang sudah dekat.
  “apa benar yang kamu katakan !! aku gak nyangka jack bisa seperti itu, dulu aku iri padanya karna dia begitu pintar… dan kamu tahu alasan dia ingin lulus dengan nilai yang sangat baik, dia ingin membahagiakan keluarganya…” kenangnya
  “dia berubah, menjadi orang yang tak kuduga.. aku benar-benar asing bertemu dengannya!” lamunanku kembali. Aku teringat disaat aku bersama kakakku. Dia begitu sayang terhadapku, sosoknya bagai bodyguard yang selalu melindungiku.
  Namun bila aku ingat kejadian di bank, saat itu juga tubuhku gemetar. Yuto nīchan begitu miris melihat diriku yang benar-benar ketakutan. Ia memelukku.
  “kamu sabar ya…!!” ujarnya. Aku tak kuasa meteskan air mata.Terlebih aku mendengar lagi suara desingan peluru itu. Hal ini mengacaukan pikiranku. Suasana menjadi sunyi.Tak ada satupatah katapun yang dikeluarkan oleh kami. Aku merasa ada sesuatu yang mengalir dilenganku. Saat ku lihat ada darah yang cukup banyak hingga mengotori seragam ku.
  Aku melepas pelukan itu, dan Yuto nīchan pun tersungkur.
 ASTAGAA !! suara tembakkan yang kudengar itu asli. Bukan khayalanku. Ada orang yang menebak Yuto nīchan tepat di kepalanya. Aku menjerit histeris, aku berlari menuju rumah dan lansung mengunci rapat pintu rumahku.

  Kenapa kejadian ini harus beruntut menimpaku. Kenapa harus mereka yang tak bersalah yang harus mati...
                                                            **

  Senja tiba, langit merah pun muncul. Tak banyak aktivitas di pinggir jalan, karna langit pun semakin gelap. Hanya mobil dan motor yang melintas menghiasi macetnya jalan raya.
  Banyak seruan klakson bersautan dari sang pengendara mobil. Motor-motor yang memiliki body lebih kecil menyelip-nyelip diantara tumpukan mobil, yang membuat emosi pengendara mobil melonjak dan semakin banyak ritme menekan klaksonnya.
  Dari keramaian  jalan raya yang membising tersudut pada sebuah mobil dengan 3 orang di dalamnya. Wajah merekapun tampak garang dengan kemacetan sore ini. Saat jalan sedikit renggang merekapun langsung menyelip dengan cepat untuk bisa membelok pada sebuah gang yang cukup kecil di tengah kota.

Gang yang mengarah pada sebuah jalan yang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah di lewati oleh siapapun.

  Di ujung jalan itu terlihat rumah yang sedikit mewah dan minimalis, mereka memarkirkan mobilnya di garasi rumah itu.  Garasi rumah itu cukup besar, karna masih ada 2 mobil lain dan 4 motor yang tersusun rapih di dalamnya.
Ketiga orang itu keluar dari mobil dan langsung masuk kerumah.
  Tak banyak barang dalam rumah hanya sofa diruang tamu, meja, dan barang-barang lain yang memang di perlukan, merekapun langsung bergerak dengan aktivitas masing-masing. Ada yang langsung masuk kekamar mengganti pakaian, ada yang mengambil beberapa cemilan dari kulkas. dan yang satu hanya duduk di sofa sambil bersandar meneggakkan kepala, memejamkan mata.
  “ hey Ryo, mengapa wajahmu seperti orang habis menelan sepatu?” ujar temannya yang habis mengambil cemilan dari dapur dan langsung duduk di sampingnya.
  “urusai (diam kau!!)”bentaknya.
Sosok lain yang bertubuh tinggi dari kamarpun keluar.
  “hey Yuya! kalau kau ingin bercanda kau harus lihat siapa dulu orangnya. Jangan pernah membuat dewa kematian marah kalau kau tak ingin nyawa mu melayang.” Ujarnya sambil tersenyum, sambil merapihkan kerah kemejanya. dan langsung berjalan kearah pintu keluar.
 “ doko ikitai, jack (kau mau kemana, jack)?” Tanya Ryo .
 “Ada perlu !!” jawabnya singkat
 “ Hontou ni (yakin), ga liat jalan raya udah kaya apa!! Kalo mau ke PUB nanti aja bareng kita.” Sambar Yuya.
 “ ga kok Cuma ada perlu aja sebentar,” ucapnya mempertegas.

 “ aku sudah membunuh orang-orang yang akan membahayakan kita !!” ujar Ryo tiba-tiba. Langkah Jack pun berhenti.
 “maksudmu??” dengan nada yang mengambang, Jack bertanya – Namun tak berbalik badan sedikitpun.
 “ ya mereka, orang-orang yang telah diberi tahu tentang kita oleh adikmu!!” ujarnya sengit
 “ baguslah,” lanjut jack
 “tapi ada satu yang harus aku lakukan!!” ujar Ryo kembali.
 “apa??” nada bertanyanya semakin tegas, dan untuk kali ini ia berbalik badan.
 “ aku mau membawa dan mengurung adikmu agar dia tak banyak bicara lagi.” Jack terdiam mendengar pernyataan yang terdengar seperti permohonan dari Ryo
  “ hey Ryo…. Baka janē yo (Jangan bodoh)! kau ingin membawanya kesini !!” ujar Yuya yang melonjak sambil melempar bungkusan snack kearah Ryo, namun dengan cepat ia menangkis. “ apa kau tak memikirkan apa dampak buruknya?!!” lanjut Yuya.
  “ kau yang harus berfikir !! apa kau mau mati membusuk di penjara ??!!” bentakan Ryo membuat Yuya membungkam   “bagaimana Jack, apa kau setuju aku membawa adikmu??”
  “terserah, aku gak perduli !!” Jack pun pergi dari rumah dengan mengendarai mobilnya. Suasana menjadi sunyi. Selang beberapa menit, Ryo ikut keluar.

**

  Sabtu malam, malam dimana banyak anak muda menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Atau sekedar berkumpul dengan teman-teman melewati malam yang panjang.
  Namun tidak untukku, aku bagaikan burung yang terperangkap dalam sarang jebakan, dan tak ada langkah untuk jalan keluar. Aku takut, hanya itu yang ku rasakan. Malam inipun terasa kelam bagiku.
  Aku membaringkan tubuhku di kamar berusaha untuk tidur lebih awal. Alhasih mataku susah untuk terpejam. Waktu menunjukan pukul 9 malam. Susana jalan didepan rumahku pun mulai sunyi. Aku memutuskan untuk menonton televisi di temani secangkir teh untuk menghangatkan tubuhku. Walau tak ada acara yang menghibur malam ini.
  Aku tersentak saat seseorang mengetuk pintu rumahku. Tanpa berfikiran negative aku segera melangkah membuka pintu.
  Onīchan(kakak)!!?? Seperti mimpi yang menampar pipiku. kakakku? Mau apa dia?. Ribuan pertanyaan berputar – putar dikepalaku. tak ada kata dariku, aku hanya bergerak  memberi isyarat yang mempersilahkannya untuk masuk. Ia langsung duduk di sofa, begitu juga aku.
  Ia memerawang kesudut-sudut rumah dan sesekali menoleh kearahku. Aku hanya terdiam. Suasana begitu asing dan aku seperti tak mengenalnya. Setiap aku melihat wajahnya, aku ingin menangis. Dan mengatakkan bahwa aku sangat merindukannya. Tanpa sadar aku tak lepas memandangnya.
  “kamu ikut sama kakak ya….?” Air mataku berlinang mendengar kata-katanya yang begitu lirih dengan mata yang berkaca-kaca. “kamu maukan tinggal sama kakak?” aku tetap membisu dan tak henti meneskan air mata. Aku tak tahu apa yang ada di fikiranku saat ini.
  Aku tersentak gelagapan saat seseorang membekapku dari belakang. Bau ini begitu menyengat dan mengganggu pernafasanku. Aku pun tak sadarkan diri.
  “Ryo!! apa yang kau lakukan !!??”
  “bertele-tele, kau terlalu mengulur waktu ! cepat kita bawa dia ke mobil !”
akupun dibawa pergi mereka dengan tak sadarkan diri. Entah apa yang direncanakan mereka terhadapku.

 “ konbanwa (selamat malam)!” ujar seseorang dengan begitu lembut. Aku menjernihkan pandanganku, bertapa terkejutnya aku melihat sesosok pria yang duduk di samping kasur tempatku berbaring.  Aitsu (Dia) !!?? mataku sedikit mendelik melihat orang itu, orang yang bersama kakakku merampok di bank.
  Akupun menemukan sosok kakakku yang berdiri memandangku dari pintu kamar.

  “nīchan(kakak)!!” tanpa kata Ia pergi.
  “cepat gantu baju… dan ikut kami !!”ujarnya seraya melempar tas berisi pakaian ketempat tidur.
  “apa? Kemana?”nada bicara ku melonjak tinggi karena panic.
  “sudah ! jangan banyak bicara cepat lakukan yang kuperintahkan, atau akan ku tembak kepalamu !!” Ia langsung keluar dari kamar.
  Traumaku yang menjadi-jadi, membuatku tak bisa menolak apa yang Ia perintahkan. Aku keluar kamar dengan gaun merah pemberiannya. Aku pun langsung dibawa pergi oleh mereka. Entah kemana aku akan di bawa, aku hanya membisu di dalam mobil memandang gelapnya kota di malam hari yang di hiasi oleh lampu-lampu jalan raya.

  Dengan kecepatan tinggi kakakku memgendarai mobilnya. Suasana jalan yang sepi membuat dia bebas melaju bagaikan dalam arena sirkuit.
  Setelah perjalanan yang cukup singkat kamipun sampai pada sebuah club malam yang berada di tengah kota. Dengan sedikit gugup aku turun mengekori mereka masuk ke club mewah itu. Club ini cukup besar dan yang datangpun bukan orang sembarangan. Semua mengendarai mobil yang mewah dan tribute yang glamor.
  Aku memperlambat langkahku saat kakak dan temannya merangkul wanita-wanita cantik dan sexy. wajah mereka yang tampan membuat mereka dikelilingi para wanita. Namun, salah satu di antara meraka terlihat dingin dengan wanita-wanita itu. Bahkan Ia malah merangkulku dari belakang, seolah menghidari wanita-wanita yang menghapirinya.
  Jenuh, aku benar-benar jenuh. Hatiku menjerit dan berteriak aku ingin pulang. Sesekali aku mencoba mengangkat tubuhku untuk pergi dari tempat ini. Namun setiap aku ingin bangun Ia semakin  merangkulku erat. Kakakku memandang aneh ke arah kami. Tak sedikit wanita yang milirik sengit ke arahku.
  “aneh, siapa wanita itu! dia gak cantik, tapi kok bisa begitu dekat dengan Ryo!! Ryo kan sudah lama menjadi incaranku.” Bisik mereka yang terdegar olehku. Entah disengaja atau tidak. Aku semakin canggung bersamanya.
  Malam semakin larut, matakku tak bisa di ajak kompromi. Setidaknya untuk tetap menjagaku bila terjadi apa-apa. Tanpa sengaja akupun terlelap dalam peluknya.

    **

  Mentari bersinar membuka hari dengan cerah. Tercium embun pagi yang begitu sejuk. Pantulan sinar matahari dan angin yang berhembus masuk melewati jendela kamar ini yang terbuka. Aku terbangun mendengar kicauan-kicauan burung yang bersahutan diatas ranting-ranting kecil pada sebuah pohon rindang diluar sana.
  Saat aku tersadar, aku menemui diriku di kamar orang lain. Aku duduk terdiam ditempat tidur sambil mengingat-ingat kejadian tadi malam. Hingga pandanganku tersudut pada sebuah gaun pengantin yang sangat indah dan mewah. Aku menemukan sepucuk surat dari sela gaun cantik itu. Karna penasaran aku pun segara membukanya.
  “Cepat ganti, dan berdandanlah yang cantik, sebentar lagi ada orang yang akan meriasmu !!”
aku tersentak saat seseorang membuak pintu kamar ini.

  “ nona kai, anda sudah siap untuk saya rias?? ”
  “ matte (tunggu) !! nani kure (ini apa maksudnya) !!?? anata wa dare (anda siapa)??” tanyaku yang gelagapan. Wanita perias itu menghampiriku dan memberikanku selembar kertas.
  “ ini ada surat dari tuan Ryo untuk anda…” dengan sigap aku membukanya.
  “ jangan coba-coba mengelak, atau ku tembak kepalamu !!!” tubuhku seperti tak bertulang, aku terduduk lemas ditempat tidur. Wanita itu langsung meriasku, tanpa aku tahu, mau diapakan aku sebenarnya.

  Selesai sudah tubuhku rias oleh perias itu. Gaun yang menempel ditubuhku membuatku terlihat seperti seorang ratu. Ingin aku tersenyum, dan berkata bertapa cantiknya diriku di cermin.
  Namun yang keluar hanya expresi wajahku yang heran. Perlahan aku keluar dari kamar dengan sedikit mengangkat gaun putih yang cukup panjang ini. Akupun melihat kak Jack dan temannya yang sudah menunggu di ruang tamu.
  Mereka mengenakan jas dengan begitu gagah dan tampan. Aku masih belum berfikir panjang karena aku masih terpesona oleh ketampanan orang-orang itu. Andai mereka tak pernah menyakitiku, mungkin tanpa sungkan aku akan mengatakan bahwa mereka sangat tampan.
  Aku langsung di bawa kakakku dengan mobilnya. Dia bagaikan sesosok bodyguard yang tampan. Entah mengapa saat ini aku merasa nyaman berada di sampingnya. Sementara itu Yuya menyusul dengan mobilnya mengkawal dari belakang.

  “ kamu cantik !!” ujar kakak tiba-tiba. Senyum ku mengambang lebar, saat ia bicara seperti itu, karna aku benar-benar menyetujui ucapannya itu. Setelah perjalanan yang cukup jauh, kami tiba pada sebuah gereja yang cukup besar di tengah-tengah perdesaan pada lereng gunung.
  Gereja yang indah, dengan taman penuh bunga di kedua sisinya.
  Mobil berhenti tepat didepan gereja itu, tersentak aku teringat kelicikan mereka terhadapku. Akupun berniat tak ingin keluar dari mobil. Dan sekejap rasa simpatikku pada mereka lenyap. Mereka mengeluarkanku dengan paksa dari mobil, tak tertinggal senjata-senjata mereka yang telah di bidikan ke arahku.
  Aku tak berdaya. Aku merasa bodoh, mengapa aku hanya duduk tenang di dalam mobil saat perjalanan tadi, mengapa aku tak berontak atau melarikan diri saat di lampu merah. SIAL !!! sudah terlambat, tak ada lampu merah lagi di sini.
  Akupun di gandeng kak Jack masuk ke gereja. Mereka menyembunyikan senjatanya dibalik badan masing-masing.
  Pandanganku tersudut pada seorang pria dengan jas hitam berdiri menghadap pendeta. Siapa dia??  Tanyaku membayang
  “ pengantin wanita telah tiba!!” aku mendelik kaget saat seseorang berkata seperti itu. siapa pengantin wanita?? Aku, pengantin?? Menikah? siapa yang ingin menikah, aku masih 18th !
   Hatiku melonjak-lonjak menjerit dengan pertanyaan itu. Andai aku bisa melarikan diri, walau langkahku sedikit kuperlambat namun tak bisa berhenti dan terus melaju menghampiri pria itu. Setiap aku ingin sedikit saja berontak kedua orang sinting itu menkokam senjatanya, aku tak bisa berkutik.

  Seperti ingin menceburkan diriku sendiri kedalam jurang. Dan hari ini aku resmi menjadi istri seorang buronan bernama Ryo.
                                                                        **
  “aku benci sama kamu !!” ujar ku sambil mendorong tubuhnya saat dia masuk masuk ke kamar. Aku melempar baju pengantin yang ku kenakan tadi, tepat di wajahnya.
  Dia hanya terdiam dan berusaha menenangkanku dengan cara meraih tanganku. Aku terus mengelak dan mencoba menarik kembali tanganku. Namun genggamannya begitu erat. Ia menyentuh jemariku dan mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya.
 “karna buru-buru, aku lupa memberi ini tadi…” aku merebut tanganku dari genggamannya saat ia ingin memakaikan cincin di jari manisku.
 “aku gak sudi menerima barang-barang hasil curianmu !!”  untuk kedua kalinya ia meraih tanganku, namun kali ini lebih lembut dan tetap berusaha memakaikan cincin itu.
 “ini bukan cincin curian, ini peniggalan dari ibuku, cicin perkawinan orang tuaku…”
Cincin itupun berhasil menghiasi jariku. Aku hanya terdiam karena merasa bersalah menuduhnhya seperti itu.
  “aku tahu, pasti kamu pasti gak sudi memasang cincin ini di jariku !! biarlah, biar aku yang pakai sendiri !!” Ia memakai sendiri cincin pasangan itu pada jarinya.

  Dasar pria bodoh !! batin kuberbisik. Tanpa ada rasa canggung, Ia pun langsung menganti pakaian di hadapanku. Entah mengapa, aku jadi mematung memandang tubuhnya. Padahal seharusnya aku berbalik badan agar tidak melihat, atau pura-pura memgerjakan suatu hal yang tak harus melihat dia. Akan tetapi mau di apakan lagi ( sudah jelas terlihat ) lagi pula suka atau tidak dia adalah suamiku saat ini.

  “aku tahu aku tampan, dan tubuhku pun memang enak untuk dipandang !! tapi tak usah segitunya memandangiku, semua tubuhku ini juga sudah menjadi milikmu !!” ujarnya dengan wajah yang menyebalkan. Aku langsung melirik singit ke arahnya. Dia benar-benar menyebalkan. Selesai ganti baju, Ia pun segera beranjak dari kamar.
  “kamu mau kemana??” tanyaku.
  “ada urusan, semua pintu rumah sudah kukunci, jadi kemungkinan kamu melarikan diri sangat kecil, tetap dalam kamar aku akan menelfonmu lewat telfon sambungan di kamar ini !!” selepas Ia bicara, Ia langsung pergi.

  Aku bingung, mengapa aku seperti boneka mainannya yang selalu menuruti kata-katanya. Akupun bingung apa yang sebenarnya perasaanku terhadapnya. Apa mungkin karena aku terlalu takut padanya.
  Mustahil, aku bisa saja memberontak, terlebih saat ini adalah kesempatan emas ku untuk kabur. Tapi apa !! aku malah menunggu telfon darinya. Apa ini tidak gila !! memang, saat ini merasa ingin selalu bersama dia. Tapi ini persaaan apa, aku benar-benar tak mengerti pada diriku sendiri.
  Aku kalap berlari saat mendengar suara telfon dan langsung mengangkatnya.
  “hallo,hallo, kai… ini kamu kan?? ” aku membungkam saat Ia bicara padaku di telfon.
Jujur akusangat membencinya, namun hatiku terasa tenang mendengar suaranya. Ia pun tak banyak bicara, karna diriku yang tak menjawab.
  “kamu gak lagi sama pria lainkan di rumah, awas kalau kamu macam-macam…!!” aku yang merasa tertuduh mencoba membela diri.
  “bagaimana orang masuk, sedangkan semua pintu kau kunci rapat, sampai akupun tak bisa berkutik di dalam kamar…” bodoh, mengapa aku bicara seperti itu, tapi setidaknya aku harus menjaga martabat dan kehormatanku sebagai wanita baik-baik.
 “ya, aku percaya sama kamu kok…aku tahu kamu adalah seorang istri yang baik… lagi pula kalau aku tak pancing seperti itu, aku tak dengar apa-apa di telfon!! Yaudah kamu istirahat ya,  aku pulang agak telat malam ini  
  Ia menutup telfon, kamar ini kembali sunyi. Ah !!  aku bosan, aku benar-benar jenuh. Kamar ini cukup luas. Sehingga aku bisa sedikit mondar-mandir menghilangkan kejenuhan.

  Tak sengaja aku melihat jendela yang tak terkunci di kamar ini. Aku membukanya perlahan. Terlihat halaman depan rumah ini. Aku melamun memandang sepinya jalan didepan rumah ini. Ini kesempatanku untuk pergi, namun aku malah asik melamun. Tak sadar langit berubah menjadi redup. Aku melihat jam di dinding yang sudah menunjukan pukul 6 sore .  Cukup lama juga aku melamun.

  “Sudahlah lebih baik aku tidur lebih awal, siapa tahu nanti pas Ryo pulang aku bangun dan tak ngantuk… ASTAGA, apa aku sudah gila, aku ingin menunggunya pulang?  lebih baik aku tidur dan tak perlu melihatnya sampai esok pagi !!”  grutuku. Akupun langsung naik ketempat tidur, dan terlelap.

                                                                     **

  Pagi ini langit terlihat murung. Awan mendung memajang wajah muram dan siap meneteskan air mata. Rintikkan gerimis pun menyambut pagi ini, membuat sedikit aktifitas lumpuh karna penyakit malas yang muncul akibat hujan.
  Akupun merasa malas untuk membuka mataku dan bangun dari tempat tidur. Karna merasa kedinginan, akupun meraba mencari selimut yang ada si bawah kakiku.
  Tak sengaja aku menyentuh kaki seseorang. Kakinya begitu dingin membuatku terbangun. Bertapa terkejutnya aku, saat aku melihat Ryo berbaring di sampingku. Jantungku tiba-tiba berdegup dengan kencang saat memandang wajahnya yang tertidur pulas.  Dia memang tampan, bisikku.
  Aku terbawa suasana saat memandangnya. Aku membelai lembut pipinya dengan jemariku.
  “bisa gak sih gak usah ganggu orang lagi istitahat !!” aku sangat tekejut mendengar ucapannya yang cukup lantang dengan matanya yang masih terperjam. Akupun menjadi serbasalah karnanya.
  “awas !! aku mau turun, tubuh kamu ngalangin aku !! lagian ngapain sih tidur disni !!” ujarku sambil mendorong-dorong tubuhnya. Jelas itu alasan terbodohku untuk menghindar. Namun, ia malah menarik tanganku dan menjatuhkan tubuhku dipelukannya.
  “lepasin !!” ujarku membentak. Ia hanya mengeluarkan senyum yang membuatku jengkel dengan matanya yang masih Ia pejamkan. Kesal, aku pun mencekik lehernya. Ia menjerit seolah-olah aku melukainya parah.
  “sakit kena kukunya !!” keluhnya. ( dan akhirnya membuka mata )
  “dasar, katanya penjahat kelas kakap, kena kuku gitu aja kaya ditusuk pisau!!” ujarku ketus.
  “gak tau… aku gak tahu kenapa jadi lemah karna kamu !!” ujarnya menatapku. Aku masih mencoba untuk mencerna maksud ucapan yang Ia katakan. Namun Ia sudah menarik dan mencium bibirku. Tadi aku merasakan betapa dingin tubuhnya. Dalam hitungan detik tubuhnya begitu hangat. Di pagi yang dingin ini Ia menghangatkanku.

  Untuk kedua kalinya aku mencoba membuka mataku. Aku merasakan lembutnya selimut menyentuh tubuh, akupun masih melihat Ryo yang berbaring di sampingku, walau susananya berbeda dengan yang tadi. Aku membalikan tubuhku membelakanginya.  Banyak pertanyaan yang tak ku mengerti menghiasi kepalaku.

  Kenapa aku bisa melakukanya dangan orang itu? Bukankah aku membencinya?

  Tapi aku tak bisa bohong kalau aku menyukai sikap lembutnya terhadapku. Aku kembali menghadap Ryo, dia sudah leyap dari tempat tidur.
  “aku mau keluar dulu sebentar!” Ujarnya sambil mengenakan baju. Aku hanya tersenyum tipis. Mengiyakan kata-katanya. Mungkin ia benar hanya sebentar. Karna dia meninggalkan senjatanya diatas meja samping tempat tidur.   Ia pun mencium keningku saat ingin pergi.
  Sungguh, aku semakin tak mengerti dengan hidupku. Rasa nyaman yang kurasakan bersamanya, sama seperti saat aku bersama Yu dulu. Apa aku jatuh cinta padanya? Tapi apa yang kusukai darinya?? Hatiku semakin gelisah dibuatnya.
  Aku langsung mengenakan pakaianku, tanpa sadar ada orang yang sudah cukup lama berdiri di depan pintu.
  “ sugoi (hebat) !! ” ujarnya tiba-tiba sambil menepuk tangan. Jelas membuatku sangat-sangat terkejut
  “Yuya san, sejak kapan kamu di situ??” tanyaku amat terkejut.
  “cukup lama, aku baru pertama kali melihat wanita memakai baju sambil melamun !!”
  “KAU MELIHATKU SAAT MEMAKAI BAJU !!” teriakku kalap
  “ kau yang bodoh makanya jangan ngelamun, gak sadar kalau pintu kamar terbuka…” aku terdiam menahan malu. Ia malah menghampiriku, dan wajahnya yang membuatku muak.
  “aku heran, apa yang kamu miliki sehingga seorang Ryo bisa bertekuk lutut oleh kamu !!” ujarnya yang terus mendekatiku. Aku tak menaggapi ucapannya. “aku mau tahu seberapa hebatnya dirimu !!” ia berusaha untuk menarik dan menciumku. Dengan sekuat tenaga aku mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.
  “kamu jangan macam-macam !!” ujarku membentak setengah gemetar.
  “sudahlah kamu jangan munafik, Ryo sedang pergi bersama kakakmu !! hanya ada kita berdua disini !!” ia bangkit perlahan, aku menendangnya karna ketakutan. Ia makin tersungkur. Aku tahu itu membuatnya semakin marah. Aku mengambil senjata Ryo yang tergeletak di meja. Aku langsung membidikan kearahnya.
  “mana mungkin kau berani membunuhku!!” ujarnya tersenyum sinis. Tangannya berjalan ke saku celananya. Yang jelas, Ia juga ingin mengambil senjatanya. Aku yang panic, melepaskan beberapa kali peluru kearahnya dengan mata terpejam.

  Saat aku membuka mata, aku melihat tubuhnya yang tergeletak berlumuran darah. Aku pun terjatuh lemas dilantai.
aku membunuhnya !!
kata-kata itu muncul dibenakku. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang ku lakukan. Aku tersentak mendengar suara telfon, dengan sedikit ragu mengangkatnya.
  “Ryo…aku mohon kamu pulang sekarang… !!!” ujarku terisak-isak. Tanpa banyak bicara Ia segera pulang. Ia menemukan sosokku yang benar-benar kacau. Dan tubuh Yuya yang tergeletak kaku berlumur darah.
  Kak Jack pun sangat shock. Ia panic dan mencari-cari cara untuk menyingkirkan mayat Yuya. Akhirnya Ia memutuskan membawa mayat itu pergi dengan mobil. Aku tak tahu apa yang akan kakak lakukan dengan mayat itu.

  Aku duduk bersama Ryo di sofa. Ryo mencoba menenangkanku. Ia membuatkanku minuman untuk menghangatkan tubuhku.
  “aku pembunuh… !!” ujarku dengan begitu gemetar. Ia menyandarkan kepalaku di pundaknya. Ia mencium keningku dengan lembut.
  “kamu gak salah, kamu membela ke hormatan kamu untuk aku !!” ujarnya yang membuatku tenang.
  “Ryo, aku mohon kamu berhenti dengan pekerjaan ini !! aku istri kamu kan, tolong turutin kata-kata aku !!” Ryo terdiam. Ia tak menjawab sedikitpun ucapan ku. Aku terkejut saat melihat ujung pistol yang menempel dikepalaku. Aku menoleh ke arah Ryo Ia pun terlihat tak berkutik.
  “bagus !!! adegan yang sangat indah !! seorang istri sedang merayu suaminya !!”
  “Jack apa yang ingin kau lakukan !!” ujar Ryo membentak. Aku terdiam ketakutan sambil mengenggam erat tangan Ryo.
  “kamu kekamar,” bisiknya.
  “sama kamu,” eluhku. Ia mengiringiku ke kamar. Langkah kami terhenti saat kakak menarik tangan Ryo.
  “ingat, kau harus sadar siapa dirimu !! bila Ia tahu, Ia akan sangat membencimu !!” bisik kakak pada Ryo. Ryo menarikku kekamar. Ia langsung mengunci rapat pintu kamar. Aku tak kuasa menahan air mataku. Ia memelukku erat dari belakang.
“ AKU AKAN SELALU ADA DI SISIMU SAMPAI KAPANPUN,”

    **

  Malam ini cukup panjang buatku, dalam rasa takutku ada setitik rasa senang menyelimutiku. Ryo menjagaku semalaman dan Dia terus berada di sampingku. Walau Ia terlihat gelisah dan tidak tidur, namun Ia berusaha untuk menenangkanku saatku terbangun.
  Perasaanku semakin tak menentu, aku semakin tak bisa kehilangan Dia. Aku benar-benar takut Ia pergi.Sesekali mataku melirik ke arahnya yang duduk sambil melingkarkan tangannya di tubuhku. Matanya memandang kearah tv. Namun pandangannya terlihat kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu.

  Pagi pun tiba, aku tertidur pulas saat Ryo pergi. Aku sudah tahu kemana Ia pergi. Karna tak satupun senjatanya tertinggal dikamar. Aku menemukan sepucuk surat dimeja. Surat itu dari Ryo, Ia menyuruhku pergi meninggalkannya. Semua sisi pintu rumah ini terbuka untuk aku kabur.
  Aku hanya terdiam memandang surat itu. haruskah aku meninggalkannya? Dia menyuruhku pergi? Tak sedikitpun terlintas di pikiranku untuk menuruti perintahnya kali ini. Walau seluruh tubuhku di tembak puluhan peluru aku tetap tak ingin pergi darinya. Setiap pintu di rumah ini terbuka lebar. Namun ruang ringkupku terasa hanya di kamar. Aku benar-benar tak ingin pergi.
  Aku meneyetel tv di kamar, untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku memencet-mencet tombol remote untuk mencari acara tv yang bagus, tak sengaja aku menemukan chanel yang menyiarkan secara langsung pengepungan seorang rampok.
  “kami menyiarkan langsung dari TKP perampokan bank, di sini kita bisa lihat ada seorang perampok yang berhasil di kepung oleh polisi …” kamera langsung meng-shoot pria yang berada di tengah-tengah kerumunan orang.

  “RYO !!” aku berteriak kalap dan langsung lari dari rumah ini. Tak banyak yang ku pikirkan. Aku hanya ingin bertemu dengan Ryo, aku ingin menyelamatkannya, aku ingin membawanya lari dari sana. Tuhan aku mohon, lindungi dia, lindungi suamiku.
  Cukup jauh aku berlari tanpa memakai alas apapun di kakiku. Aku mencoba menerobos orang-orang yang membentuk setengah lingkaran itu. aku turus mencoba menerobos pertahanan yang di buat oleh polisi. Sampai aku mendapatkan wajahnya, wajahnya yang tampak tenang. Seolah siap menerima apapun yang terjadi pada dirinya.
  Aku ingin menghampirinya dan memeluknya dengan erat. Namun aku tak bisa melangkah lebih jauh lagi. Polisi itu mendorongku hingga terjatuh. Tak sengaja aku meneriakan namanya. Ryo yang mendengar suaraku reflex menebak kaki polisi itu hingga tersungkur.
  Ia melihatku, kamipun saling menatap. Hanya beberapa detik. Polisi-polisi itu langsung melayangkan peluru itu kearah Ryo.
 “yamete (hentikan) !!!!” teriakku menghampirinya aku memeluknya yang sudah bersimbah darah.

  “gomen…(maaf)” ujarnya terbata.

  Aku tak menjawab, aku terus sibuk berteriak meminta untuk membawa Ryo ke rumah sakit. Ia menarik tanganku.
  “ kai… sudah, Daijoubu (aku gak apa). Aku memang pantes nerima ini !”
  “ Ryo aku mohon kamu jangan ngomong dulu..Kamu tahan dulu…” ujarku yang ter isak-isak. Semua orang hanya memandang kami tanpa melakukan apapun.
  Rasa benci mereka teramat mendalam pada perampok yang ku cintai ini. Hingga seolah-olah mereka menunggu maut merenggutnya. Namun aku terus berusaha untuk membawanya.
  “kai, cukup… aku cuma pengen kamu tahu, daisukidayo (aku sayang banget sama kamu). Aku gak mau orang lain miliki kamu. Dan, aku yang bunuh kekasihmu dan teman Jack. Aku juga yang membunuh orangtua mu,” aku terdiam. Aku tak marah, namun aku bingung hatiku seolah sudah memaafkannya dan tak perduli dangan hal itu.
  Ia mengangkat kepalanya dan menciumku. Air mataku semakin membanjiri wajahku. Tesentak tubuhnya tak bergerak lagi. Rasa takutku akan kehilangannya terwujud. Tubuhnya berada dipelukanku. Namun jiwanya jauh, pergi jauh ke tempat yang tak bisa ku gapai sedikit pun.

  Sementara itu, kakakku kabur entah kemana. Hanya aku yang merasakan ini.
  Orang yang ku cintai selalu pergi jauh dan tak bisa ku temui lagi.

  Selamat tinggal Ryo. Aku juga sangat menyayangimu melebihi apapun.

  Namun kau tak benar-benar meninggalkan ku sendiri. Kau meninggalkan Ryo kecil dalam rahimku.
Terimakasih.

                                                                        END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar